Percepatan
pembanguan daerah ini (NTB) harus didukung atas kekuatan Birokrasi
pemerintah di dalamnya, dengan kata lain “pemerintahan yang kuat
akan melahirkan kekuatan besar untuk daerah dan masyarakat di
dalamnya secara umum”. Menurut penulis bahwa parameter dari
kekuatan birokrasi tersebut adalah kualitas atas program kerja yang
memiliki orientasi membangun daerah ini lebih baik melalui
profesionalisme kerja birokrasi berdasarkan bidang-bidang dimana
mereka diposisikan. Visi dan misi dalam membangun daerah harusnya
jelas, terukur, dan terorientasi, serta ia mampu menunjukan diri
sebagai subjek pembangunan yang memiliki potensi dan profesionalisme
dalam membangun daerah yang kita cintai ini (NTB).
Sebagai
Warga Nusa Tenggara Barat yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) Wilayah Nusa Tenggara Barat, khusunya kami
yang berada di wilayah Ibu kota Propinsi (Mataram) memiliki kewajiban
untuk mendorong percepatan pembangunan di NTB. Sebab kami menilai
bahwa dalam priode ke-II kepemimpinan TGB saat ini berbeda sekali
ketika pada priode pertama sebelumnya. Menurut hemat kami bapak
Gubernur kita saat ini lebih banyak menghabiskan waktunya mengurus
soal-soal kecil daripada soal-soal yang yang lebih besar.
Di
sisi lain Kami merasa bangga manakala Gubernur dan Wakil Gubernur NTB
periode 2008 – 2013 yakni DR TGH M Zainul Majdi dan Ir. H. Badrul
Munir, MM mencanangkan konsep BerSaing yakni Beriman dan Berdayasaing
sebagai kekuatan membangun NTB. Hal ini dapat tercermin dari konsep
inovasi yang dilakukan pada periode itu dengan memerintahkan SKPD
untuk menggali potensi program inovasi sehingga menemukan program
unggulan dan program terobosan-terobosan yang dahsyat.
Di
sini disebutkan bahwa Program Unggulan yang dimaksud diantaranya
PIJAR (Sapi Jagung dan Rumput Laut) yang melahirkan kegiatan inovasi
Bumi Sejuta Sapi (BSS) pada bidang peternakan, ABSANO (Angka
Buta Aksara menuju Nol) dan ADONO (Angka Drop Out menuju Nol) dalam
bidang pendidikan yang bisa meningkatkan daya saIng Daerah dan
meningkatkan IPM NTB. AKINO (Angka Kematian Ibu menuju Nol) pada
bidang kesehatan guna mengurangi kematian bayi dan ibu...(?)
Ada
juga NTB Hijau yang merupakan Program Lingkungan untuk mengurangi
laju perusakan hutan serta krisis pemanasan global. Ditambah lagi
dengan proram dalam bidang pariwisata yakni Visit Lombok Sumbawa 2012
dengan menargetkan sejuta wisatawan mengunjungi NTB. Selain demikian
ditambah lagi dengan program terobosan bidang pengembangan Informasi
dan komunikasi yakni KAMUNG MEDIA dengan memanfaatkan Komunitas dalam
membantu penyebaran informasi pembangunan.
Geliat
dan semarak NTB pada periode tersebut (2008 – 2013) sangat terasa
gaungnya. Masyarakat mulai memahami dan bisa menaruh harapan pada
pemimpin yang disapa dengan pasangan TGB BM yakni Tuan Guru Bajang
dan Badrul Munir seketika itu.
Melihat
keadaan tersebut pertanda bahwa Mesin Birokrasi bergerak sesuai
tupoksinya masing-masing. Infrastktur transportasi, meningkatnya mutu
dan kualitas jalan dan jembatan mulai diraskan masyarakat.
Tersedianya kecukupan air bagi petani melalui pembangunan
Bendungan, hingga beroperasinya Bandara International Lombok (BIL)
menjadi kebanggaan NTB yang tentunya akan bermuara pada peningkatan
ekonomi warga.
Seriring
dengan hal tersebut, maka sejumlah penghargaanpun mulai diraih,
seperti Penghargaan dibidang Ke-PU-an, Ketahanan Pangan,
Transmigration Award, Penghargaan PNPM, Predikat WTP dalam
pengelolaan anggaran dan aset daerah, Ksatria dari Presiden RI, Satya
Lencana Pembangunan, Prestasi olah raga melalui multi
event
PON ke-18, termasuk bintang Mahaputra Utama, telah menambah
optimisme dalam mengangkat marwah daerah NTB dikancah nasional
maupun internasional.
Bahkan
program trobosan dalam bidang informasi dan komunikasi tak disangka
ikut mendongkrak nama NTB dipentas nasional dengan perolehan
Penghargaan USO (Universal Service Award) dari Kemenkominfo serta 9
TOP Inovasi Nasional Bidang Pelayanan Publik dari KemenPANRB.
Penghargaan tersebut menjadikan Kampung Media sebagai materi
pembelajaran bagi birokrat dari berbagai daerah di Indonesia.
Lalu
bagaimana dengan periode kedua (2013-2018) kepemimpinan TGB yang
berpasangan dengan Muhammad Amin...(?) Apakah TGB sebagai
penanggungjawab utama atas janji politiknya saat kampanye bisa
diwujudkan? Apakah Sapi dari BSS tak terlepas ikatannya? Apakah
Rumput laut tak terbawa arus laut? Apakah jagung tak termakan hama?
Kemana
“si tiga kembar”, yakni ADONO, ABSANO dan si AKINO berada? Kok
tak lagi terdengar nyanyian merdunya,?.hehe. Kemana VLS yang akan
menyapa dunia melalui Tambora? .Seberapa besar persiapan Disbudpar
menerima tantangan dunia itu? Ataukah Jangan-jangan Tambora yang akan
menelan kita semua karena tak mampu menata persiapannya. Dimana lagi
letak BerSaing yang kini ditambah dengan Berbudaya itu
mampu meyakinkan warga NTB untuk makin sejahtera?
Wallahua'lam......!
Disaat
kami merangkum sejumlah pertanyaan itu, justru kami dihadapkan oleh
pemberitaan mengenai PNS Indisipliner yang dijemur dilapangan. Dan
untuk pertama kalinya kami melihat Gubernur ‘memarahi’ PNS, dan
ternyata setelah kami amati bahwa PNS yang dimarahinya kebanyakan
dari golongan rendah. “hmmm sekelas Gubernur yang sangat disegani
kok masih suka memarahi rakyat rendah ya”,,,ada apa dengan
gubernur.....?.
Sungguh
ini merupakan pemandangan yang tak elok dan tak perlu dibanggakan.
Selaku pemuda NTB kami malu dan miris ketika melihat bapak Gubernur
menghukum mereka (PNS) dengan menjemurnya, “layaknya seperti
pakaian yang harus menunggu giliran dicuci sekali dalam seminggu lalu
kemudian dijemur agar bisa dipakai kembali”. Membaca berita terkait
demikian malah justru memperlihatkan kegagalan awal membangun NTB
ditahun pertama kepemimpinan TGB AMIN. Bahkan terkesan PANIK karena
belum terlihat hasil ditahun pertama.
Urusan
pegawai kecil seperti itu mestinya ditangani oleh pemimpin di satuan
kerja masing-masing. Begitulah bunyi PP 53 yang mengatur secara
berjenjang. Jangan langsung dihadapkan kepada Gubernur. Ini Tugas
Sekda, Tugas pimpinan SKPD dan perangkatnya. Ini urusan remeh temeh
yang seharusnya tak dikerjakan seorang pemimpin sekelas TGB AMIN.
Seorang
Gubernur mestinya bicara soal2 Global. Soal NTB yang dijadikan Pintu
Gerbanag Pariwisata dan Lumbung Pangan Nasional pada MP3EI (
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia), bagaimana harusnya
menghubungkan kawasan segitiga emas antara Bali Jawa dan Sulawesi
sehingga NTB masuk dalam kawasan urat nadi perekonomian Indonesia
Timur. Sekalilagi hal-hal inilah yang kemudian kita harapan menjadi
tugas Gubernur, bukan menghukum pegawai rendahan. Lebih lanjut
Gubernur mestinya memperkuat jajaran birokrat pada level atas,
menempatkan orang-orang professional yang mampu menterjemahkan visi
misi Gubernur. Kalau hal-hal kecil harus diurus Gubernur, mengapa
mesti harus ada pejabat SKPD yang dipercaya dengan segala fasilitas
yang didapat?
Kami
masih menaruh harapan besar pada TGB AMIN. Masih ada waktu 4 tahun
lagi untuk menata kembali penunjukan pimpinan SKPD yang LOYAL dan
punya ide cemerlang dan dengan bekal ilmu manajemen kepemimpinan,
bukan malah menempatkan orang-orang yang hari ini dinilai lemah dan
tidak mampu berbuat apa-apa untuk daerah ini, “apa artinya punya
pangkat tinggi kalau otaknya nol”. Urusan Manajarial birokrasi
mestinya dilakukan oleh Sekda dan pejabat esselon disetiap SKPD.
Kalau urusan tehnis pelaksanaan diserahkan pada pejabat setingkat
esselon dibawahnya.
Melihat
sikap Gubernur dengan memberikan hukuman (jemuran) PNS rendah
tersebut kami beransumsi bahwa bisa jadi Gubernur NTB sedang
memberikan ‘sindiran’ kepada pejabat level atas. Gubernur sengaja
marah pada PNS rendahan, namun sebetulnya yang dimarahi adalah Sekda
dan Pimpinan SKPD. Jika asumsi kami demikian benar, kasihan sekali
PNS kecil ini selalu saja dijadikan korban PNS besar.
Dengan
memperhatikan hal ini kami mengusulkan agar penempatan pimpinan SKPD
lebih cermat lagi, penunjukan pejabat esselon 3 dan 4 harus ditandai
dengan pengembangan potensi yang dimiliki. Jangan menggunakan
pendekatan nepotisme yang justru merusak figur seorang TGB yang
menjadi kebanggaan kami kaum muda yang memiliki latar belakang
pesantren. Kami takut figur TGB yang dikenal baik dan berwibawa ini
rusak seketika dengan adanya niat jahat dari oknum yang tidak
memiliki visi dan misi jangka panjang atas daerah ini.
Selain
itu, kami PMII Mataram menyatakan sikaf, pertama; Mosi tidak percaya
serta memberikan teguran keras kepada pejabat yang memberikan data
keliru kepada gubernur, mulai dari pejabat yang mengambil data,
mengolah dan yang menandatangani dokumen sehingga menjadi data yang
seolah-olah benar, padahal setelah dikonfirmasi dan diklarifikasi
ternyata data tersebut banyak keliru merugikan PNS. Sehingga Dokumen
yang keliru tersebut bisa dikategorikan sebagai ‘kehajahatan
administrasi’ sehingga pantas mendapat hukuman berat bagi pemberi
data.
Kedua,
Gubernur harusnya memberikan penghargaan kepada PNS yang berprestasi
agar bisa menjadi kebanggaan bagi diri PNS dan teladan bagi lainnya.
Dengan demikian akan ditemukan birokrat yang baik, akan ditemukan
birokrat yang kreatif dan inovatip. Inilah yang mesti dibanggakan dan
dipublikasikan agar tumbuh kembali percaya diri warga NTB memiliki
seorang TGB yang Ulama’ sekaligus Umaro’. []
0 komentar:
Posting Komentar