Home » » PPS Terbentuk, NTB Tinggal Nama

PPS Terbentuk, NTB Tinggal Nama

Written By Unknown on Kamis, 01 Mei 2014 | 21.33

Gagasan pembentukan propinisi baru di wilayah Nusa Tenggara Barat, yakni Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) kini telah melahirkan segudang pertanyaan dari berbagai elemen masyarakat Nusa Tenggara Barat sendiri, khususnya masyarakat yang kini bermukim di pulau lombok, dan juga masyarakat lombok yang bermukim di pulau sumbawa, begitu juga sebaliknya.

Sebagian masyarakat Nusa Tenggara Barat yang berada di pulau lombok menilai bahwa gagasan pemekaran wilayah, seperti halnya PPS yang saat ini sedang gencar-gencarnya diperjuangkan untuk secepatnya bisa terbentuk adalah bukan menjadi satu-satunya jalan (solusi) yang bisa menjamin proses percepatan dan perkembangan serta kemajuan wilayah setempat, terutama wilayah-wilayah yang ada di bagian timur Indonesia saat ini.
Terkait soal PPS, Seperti halnya apa yang dikatakan oleh salah seorang tokoh dari kota bima (NTB), H. Zainul Arifin bahwa “pembentukan PPS merupakan harga mati”. Sebagai tokoh masyarakat sekaligus mantan bupati Bima (2000-2005) ini menilai bahwa hanya PPS lah jalan dimana daerah sumbawa dan sekitarnya nantinya bisa berkembang dan setara dengan daerah-daerah lain, (lombok post 13/03/14, hal 20)
Menurut penulis bahwa apa yang dikatakan oleh seorang tokoh diatas barangkali merupakan sebuah aspirasi ketidakpuasan dimana visi “NTB besaing” yang digagas semenjak terpilihnya TGB bersama Ir. H. Badrul Munir, MM, menjadi kepalah daerah NTB (Gubernur dan wakil gubernur) pada priode yang lalu belum maksimal bisa dirasakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat, terutama masyarakat-masyarakat yang ada di pulau sumbawa dan sekitarnya.
Masayarakat lombok, khususnya sebagian pemuda di dalamnya, ia menilai bahwa kemajuan wilayah sebetulnya membutuhkan sebuah konsep yang benar-benar terbangun di atas kekompakan dari seluruh elemen masyarakat dengan pemerintah setempat. Lebih lanjut kali ini penulis juga akan menegaskan kembali kepada seluruh ORMAS, OKP, LSM, serta lainya yang terdapat di daerah ini bahwa diharapakn kesemuanya harus bisa membangun relasi yang kuat dengan pemerintah guna membangun serta mengembangkan daerah ini tanpa harus melalui jalan pemekaran wilayah, diamana selama ini sebagian masyarakat menganggap bahwa jalan pemekaran tersebut bersifat diskriminatif yang terlahir dari sebuah provokasi kepentingan wilayah di Nusa Tenggara Barat.
Sejalan dengan proses PPS, kini Retorika berbasis asumsi pun sudah mulai muncul di forum-forum diskusi informal oleh kalangan aktifis pergerakan. Aktifis-aktifis yang berasal dari pulau lombok juga mengambil bagian dan berbicara soal PPS sekalipun melalui forum yang cukup sederhana. Selanjutnya, ia pun berandai-andai bahwa seketika PPS sudah resmi terbentuk nantinya, maka tentu NTB tinggal nama karena hanya menyimpan satu pulau (lombok). Selanjutnya, Pulau lombok  akan menjadi daerah tunggal bagi provinsi Nusa Tenggara Barat, dan masih tetap berada dibawah kepemimpinan pasangan kepala daerah NTB saat ini, yakni Orang no satu asal lombok serta orang no dua asal Sumbawa.
Sejalan dengan hal demikian, maka segala fasilitas-fasilitas khusus bagi Mahasiswa yang sudah dibangun saat ini, khususnya fasilitas-fasilitas yang menyimpan label/nama suatu daerah, dan bukan nama daerah yang terdapat di pulau lombok akan dipertanyakan kembali oleh aktifis-aktfis asal lombok. Seperti halnya beberapa asrama khusus untuk Mahasiswa yang berasal dari luar pulau lombok juga akan dipertanyakan kembali terkait bagaimana keberadaannya, sistim perpajakannya, dll. Begitu juga sebaliknya terkait asrama untuk Mahasiswa asal lombok yang berada di luar daerah Nusa Tenggara Barat. klick disini u/ download

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

KAMPUNG MEDIA

KAMPUNG MEDIA
Jurnalisme Warga

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Burex Institute - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger