Home » » “Memek”, Sebuah Istilah Mengandung Makna Pendidikan

“Memek”, Sebuah Istilah Mengandung Makna Pendidikan

Written By Unknown on Kamis, 07 Agustus 2014 | 18.31


“Memek” adalah istilah dalam sebuah bahasa yang dikenal dalam suku sasak. Terdapat di beberapa tempat misalkan, seperti di wilayah Lombok tengah bagian selatan, dimana orang sasak mengenal istilah “memek” ini. Apabila dalam diri seseorang terlihat dia cerewet, banyak bicara, atau kritis terhadap hal-hal tertentu maka orang tersebut di sebut “memek”.

Orang-orang sasak memang dibeberapa tempat dikenal dengan “memeknya” alias crewet, kritis dan sebagainya. Logat bahasa kesehariannya yang khas membuat “kememek-annya” merupakan salah satu ciri tersendiri bagi sebagian orang sasak di pulau Lombok.
Mengapa orang sasak itu “memek”. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan melalui beberapa contoh kasus sebagai berikut;
“Orang tua sasak cerewet terhadap anaknya apabila sang anak berprilaku nakal”. Umumnya orang tua (orang sasak) cerewet apabila anaknya berprilaku nakal atau “urak-urakan”. Jika dilihat secara normative, maka pada umumnya semua orang tua, baik itu orang Sasak, Jawa, Bali dan lain sebagainya, semua dari mereka memang cerewet apabila mereka melihat anak-anaknya nakal atau berprilaku tidak layak, sebab tak ada satupun orang tua yang suka atau bangga melihat anak-anak mereka yang nakal dan bersikaf negative lainnya.
Dengan “memeknya” orang tua dalam hal tersebut sebetulnya merupakan sebuah reaktif orang tua, yakni khawatir terhadap anak-anaknya, mereka “memek” agar sang anak tidak berprilaku seperti hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga “memek” dalam hal ini bisa dimaknai sebagai upaya orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Begitu juga dengan contoh lain dimana orang tua sasak yang masih percaya terhadap mitos-mitos tertentu. Misalkan menjelang tibanya waktu magrib para orang tua biasanya “memek” dengan melarang anak-anak balitanya yang masih bermain-main ketika sudah masuk waktu magrib. Orang tua sasak di beberapa tempat, khususnya di wilayah perkampungan berkeyakinan bahwa para Jin jahat keluar pada waktu tersebut sehingga anak-anak balita sangat dilarang bermain-main di halaman rumah. “Memeknya” para orang tua dalam hal ini ditandai dengan mereka yang terkadang mengelurakan kata-kata yang sama secara berulang-ulang. Dalam bahasa sasak seringakali orang tua berkata “Maliq kanak… Jah pade bejorak sak merinian wayen…!”. Kata “maliq” di sini bermakna tidak diperbolehkan, perintah/larangan secara moril orang tua terhadap anak orang-orang sasak. Kata “maliq” ini juga dapat dikenal oleh orang jawa dengan istilah “pemaliq”,
Di akhir-akhir sekarang ini para orang tua yang “memeq” sudah hampir punah tertelan bumi. Malah sebaliknya kini sudah banyak anak-anak yang cerewet terhadap orang tua mereka, berani melawan orang tuanya sendiri, dll.
Di sisi lain bahwa dengan melihat kondisi di atas malah justru banyak orang tua yang takut berprilaku “memek” terhadap anaknya. Dimana para orang tua sekarang ini sudah takut terhadap anak-anak mereka, dan sang anak seolah-olah menjadi dewa di depan orang tuanya sendiri. Sehingga wajar kemudian kondisi yang terbalik tersebutlah penyebab hilangnya karater sang anak yang berbakti kepada orang tua, dan juga karakter para orang tua sebagai pendidik serta pendamping bagi anak-anaknya.
Hilangnnya sikap orang tua yang “memek” saat ini membuat semakin terkikisnya budaya bakti sang anak terhadap orang tua. Sebelum masuk Pendidikan formal di kampung-kampung, pendidikan anak kampung untuk mereka bisa menjadi anak-anak yang berbakti terhadap orang tua, taat terhadap perintah agama, serta taat dalam aturan berbangsa, maka salah satu jalan yang dilakukan orang tua, tokoh masyarakat di dalam mendidik anaknya adalah dengan bersikap “memek”.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

KAMPUNG MEDIA

KAMPUNG MEDIA
Jurnalisme Warga

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Burex Institute - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger