Home » » Mempertahankan Tradisi Di Tengah Arus Globalisasi

Mempertahankan Tradisi Di Tengah Arus Globalisasi

Written By Unknown on Selasa, 13 Mei 2014 | 23.52

Globalisasi tidak akan pernah bisa terpisahkan dengan zaman kekinian. Hampir semua pakar berpendapat bahwa globalisasi itu bisa masuk melalui sector ekonomi, politik, budaya, pendidikan dst. Begitu juga dengan tradisi tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Tradisi lama yang baik sejatinya dipertahankan juga dikembangkan. Begitupula dengan globalisasi yang melahirkan kebiasaan baru di tengah kebiasaan lama, masyarakat baru boleh menerima kebiasaan baru tersebut apabila lebih baik dari kebiasan mereka sebelumnya.
Idealnya bahwa perkembangan zaman semestinya sejalan dengan kemajuan tradisi dan kebiasaan yang sudah ada. Tujuan globalisasi, dan pula eksistensi nilai dari kebiasaan lama oleh masyarakat diupayakan tidak saling tumpang tindih atau besebrangan. Globaliasi boleh masuk entah melalui sektor pendidikan, kebudayaan, politik, ekonomi dll. Akan tetapi tidak dalam rangka merusak kebiasaan yang sudah ada. Menurut penulis hal tersebut bisa saja terjadi, namun dengan satu syarat “masyarakat harus memahami kedua topik tersebut”.
Sejalan dengan hal di atas, maka pada hari selasa, 13/06/14, dalam sebuah forum oleh Nahdlatul ulama Nusa Tenggara Barat, disebut lailatul ijtima’. Melalui forum tersebut, NU setempat selanjutnya menyinggung soal bagaimana bahaya globalisasi yang selalu menghantam kekuatan tradisi.
Terkait dengan Lailatul ijtima’ bahwa merupakan serangkaian agenda oleh NU NTB semenjak terpilihnya TGH. Taqiudin Mansur menjadi Ketua Umum Tamfiziah NU untuk wilayah NTB tahun 2012 lalu. Lailatul ijtima’ sejauh ini sudah terlaksana sebanyak 20 kali, dan lailatul ijtimak yang ke-20 ini bertepatan dengan acara Isra’ mikraj.
Beberapa tokoh masyarakat, pemuka agama, beserta Dosen hadir pada acara tersebut, dianatarannya; TGH. A. Taqiudin Mansur sekaligus ketua tanfizyah NU NTB, serta beberapa Pimpinan majelis ta’lim pondok pesantren pun hadir, dianataranya; TGH. Jumadil Awal (sesaot), begitu juga dengan yang lain, hampir puluhan Tuan Guru asal Lombok pun hadir d tempat ini
Acara lailatul ijtima’ tadi malam berlangsung sekitar 3 jam, mulai dan diawali dengan solat magrib berjama’ah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan do’a istighatsh yang secara langsung dipandu oleh salah seorang santri asal PONPES Ta’limusyibyan bonder.
Setelah pembacaan do’a istighatsah dipastikan berakhir, kemudian dilajutkan dengan penyampain ceramah (taushiyah) oleh salah seorang Dosen yang cukup terkenal di IAIN Mataram, dia adalah Dr. Abdul Nasir, Ph.D, seorang dosen yang menyelesaikan study S-3 nya di Luar Negri.
Begitupula dengan beberapa pejabat kampus IAIN Mataram, sperti halnya Dr. H. Mutawalli, M.Ag. (Dekan Fakultas Syari’ah IAIN) Mataram, Drs. H. Lukman Hakim (Ketua PIU ISDB) IAIN Mataram, dll. Selain dosen IAIN, Drs. Azra’I Ghazali salah seorang dosen Unram juga hadir pada acara lailatul ijtima’, beliau sekaligus menjadi sekertaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) NTB.
Lailatul ijtima’ sekaligus peringatan isra’ miraj nabi Muhammad SAW terselenggarakan melalui Lembaga Ta’mir Masjid (LTMNU) yang saat ini lembaga tersebut dipegang oleh Harfin Zohdi, beliau salah seorang Dosen juga di IAIN Mataram. Selanjutnya pria yang agak gemuk ini terlihat begitu semangat dalam mengurus Masjid yang ada di Nusa Tenggara Barat, terutama masjid-masjid NU yang sudah jelas keberadaannya. Baginya, “Masjid adalah sebuah lembaga murni milik jama’ah yang sangat potensial, selain demikian Masjid juga tepat bila dijadikan sebagai salah satu wadah keberlangsungan dari kegiatan pengembangan, terkait Ekonomi jama’ah berbasis syari’ah, begitu pula dengan pungsi masjid selama ini yang kerap dijadikan salah satu sentral pengajian Umum, dan kedepan masjid ini harus bisa menjadi kaki ke-dua selain ponpes bagi NU sendiri, dan upaya tersebut pun sedang digalang oleh pengurus LTMNU, ungkapnya.
TGH. A. Taqiudin Mansur pun menambahkan lewat clousing statmantnya bahwa saat ini NU di NTB sedang menyiapkan lembaga pendidikan tinggi, yakni Universitas Nahdlatul Ulama Shaleh Hambali. Sehingga kedepan UNU pun bisa menjadi Sentral Pendidikan Tinggi bagi masyarakat NTB khususnya, melihat notabeni dari kultur masyarakat NTB sendiri, mereka masih memiliki panatisme tradisi ritual keagamaan yang sangat kuat, dan setiap pemahaman tradisi yang selama ini masih bersifat baik, seperti halnya; Tahlilan, Ziarah Kubur, Perayaan maulid Nabi SAW, Isra’ mikraj, dll, semua ini dipastikan tidak boleh mundur selangkahpun, walau globalisasi terus menyatu dengan zaman saat ini. jelasnya.









Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

KAMPUNG MEDIA

KAMPUNG MEDIA
Jurnalisme Warga

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Burex Institute - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger