Globalisasi tidak akan pernah bisa terpisahkan dengan zaman kekinian.
Hampir semua pakar berpendapat bahwa globalisasi itu bisa masuk melalui sector
ekonomi, politik, budaya, pendidikan dst. Begitu juga dengan tradisi tidak
akan pernah bisa dipisahkan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Tradisi lama
yang baik sejatinya dipertahankan juga dikembangkan. Begitupula dengan
globalisasi yang melahirkan kebiasaan baru di tengah kebiasaan lama, masyarakat
baru boleh menerima kebiasaan baru tersebut apabila lebih baik dari kebiasan mereka sebelumnya.
Idealnya bahwa perkembangan zaman semestinya sejalan dengan
kemajuan tradisi dan kebiasaan yang sudah ada. Tujuan globalisasi, dan pula
eksistensi nilai dari kebiasaan lama oleh masyarakat diupayakan tidak saling
tumpang tindih atau besebrangan. Globaliasi boleh masuk entah melalui sektor
pendidikan, kebudayaan, politik, ekonomi dll. Akan tetapi tidak dalam rangka
merusak kebiasaan yang sudah ada. Menurut penulis hal tersebut bisa saja
terjadi, namun dengan satu syarat “masyarakat harus memahami kedua topik
tersebut”.
Sejalan dengan hal di atas, maka pada hari selasa, 13/06/14, dalam
sebuah forum oleh Nahdlatul ulama Nusa Tenggara Barat, disebut lailatul
ijtima’. Melalui forum tersebut, NU setempat selanjutnya menyinggung soal
bagaimana bahaya globalisasi yang selalu menghantam kekuatan tradisi.
Terkait dengan Lailatul ijtima’ bahwa merupakan serangkaian agenda
oleh NU NTB semenjak terpilihnya TGH. Taqiudin Mansur menjadi Ketua Umum
Tamfiziah NU untuk wilayah NTB tahun 2012 lalu. Lailatul ijtima’ sejauh ini
sudah terlaksana sebanyak 20 kali, dan lailatul ijtimak yang ke-20 ini
bertepatan dengan acara Isra’ mikraj.
Beberapa tokoh masyarakat, pemuka agama, beserta Dosen hadir pada
acara tersebut, dianatarannya; TGH. A. Taqiudin Mansur sekaligus ketua
tanfizyah NU NTB, serta beberapa Pimpinan majelis ta’lim pondok pesantren pun
hadir, dianataranya; TGH. Jumadil Awal (sesaot), begitu juga dengan yang lain,
hampir puluhan Tuan Guru asal Lombok pun hadir d
tempat ini
Acara lailatul ijtima’ tadi malam berlangsung sekitar 3 jam, mulai
dan diawali dengan solat magrib berjama’ah, kemudian dilanjutkan dengan
pembacaan do’a istighatsh yang secara langsung dipandu oleh salah seorang
santri asal PONPES Ta’limusyibyan bonder.
Setelah pembacaan do’a istighatsah dipastikan berakhir, kemudian
dilajutkan dengan penyampain ceramah (taushiyah) oleh salah seorang Dosen yang
cukup terkenal di IAIN Mataram, dia adalah Dr. Abdul Nasir, Ph.D, seorang dosen
yang menyelesaikan study S-3 nya di Luar Negri.
Begitupula dengan beberapa pejabat kampus IAIN Mataram, sperti
halnya Dr. H. Mutawalli, M.Ag. (Dekan Fakultas Syari’ah IAIN) Mataram, Drs. H.
Lukman Hakim (Ketua PIU ISDB) IAIN Mataram, dll. Selain dosen IAIN, Drs. Azra’I
Ghazali salah seorang dosen Unram juga hadir pada acara lailatul ijtima’,
beliau sekaligus menjadi sekertaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) NTB.
Lailatul ijtima’ sekaligus peringatan isra’ miraj nabi Muhammad
SAW terselenggarakan melalui Lembaga Ta’mir Masjid (LTMNU) yang saat ini
lembaga tersebut dipegang oleh Harfin Zohdi, beliau salah seorang Dosen juga di
IAIN Mataram. Selanjutnya pria yang agak gemuk ini terlihat begitu semangat
dalam mengurus Masjid yang ada di Nusa Tenggara Barat, terutama masjid-masjid
NU yang sudah jelas keberadaannya. Baginya, “Masjid adalah sebuah lembaga murni
milik jama’ah yang sangat potensial, selain demikian Masjid juga tepat bila
dijadikan sebagai salah satu wadah keberlangsungan dari kegiatan pengembangan,
terkait Ekonomi jama’ah berbasis syari’ah, begitu pula dengan pungsi masjid
selama ini yang kerap dijadikan salah satu sentral pengajian Umum, dan kedepan
masjid ini harus bisa menjadi kaki ke-dua selain ponpes bagi NU sendiri, dan
upaya tersebut pun sedang digalang oleh pengurus LTMNU, ungkapnya.
TGH. A. Taqiudin Mansur pun menambahkan lewat clousing statmantnya
bahwa saat ini NU di NTB sedang menyiapkan lembaga pendidikan tinggi, yakni
Universitas Nahdlatul Ulama Shaleh Hambali. Sehingga kedepan UNU pun bisa
menjadi Sentral Pendidikan Tinggi bagi masyarakat NTB khususnya, melihat
notabeni dari kultur masyarakat NTB sendiri, mereka masih memiliki panatisme
tradisi ritual keagamaan yang sangat kuat, dan setiap pemahaman tradisi yang
selama ini masih bersifat baik, seperti halnya; Tahlilan, Ziarah Kubur,
Perayaan maulid Nabi SAW, Isra’ mikraj, dll, semua ini dipastikan tidak boleh
mundur selangkahpun, walau globalisasi terus menyatu dengan zaman saat ini.
jelasnya.
0 komentar:
Posting Komentar